Loading

“Tanggal 23 Oktober sudah mulai libur Idul Adha. Liburannya  satu Minggu.”

Itulah statement dari Ustadz Umar Abdullah. Yeah! Liburan satu minggu di rumah.  Mendengarnya saja aku sudah kegirangan. Bagaimana tidak, rindu yang aku rasakan sudah lama merasuk dalam jiwaku. Haha. Kalian tahu? Yang paling aku nantikan adalah bertemu dengan keluargaku, especially for my Mother. Tak hanya itu, aku ingin merasakan kembali suasana hari Raya Idul Adha bersama mereka. Juga menyaksikan penyembelihan hewan qurban. Aku jadi teringat waktu penyembelihan kerbau di dekat rumahku dulu. Kerbaunya mengamuk mau kabur. Saking takutnya, aku sampai mengintip lewat jendela kamar . Saat itu aku ingin sekali melihat proses penyembelihan. Aku penasaran. Tapi, tidak berani ke luar rumah, takut ditubruk kerbau. Dan akhirnya aku hanya menggigit jari manisku. Ya, itulah sekilas cerita di masa kecilku yang penuh dengan keingintahuan.

Hal-hal yang aku rindukan itu sekarang sudah kurasakan. Bertemu dengan mama dan keluargaku.  Oh iya, lebaran Idul Adha tahun ini jatuh pada hari Jum’at, 26 Oktober. Di sekitar rumahku, Malam Idul Adha tidak seramai saat malam Idul Fitri kemarin. Di malam Idul Fitri, banyak sekali orang yang mengumandangkan takbir dan memukul bedug. Bahkan kembang api juga ikut meramaikan malam itu. Namun, malam Idul  Adha yang sekarang ini hanya sedikit orang yang melakukan hal itu. Aku sempat mendengar ada juga anak-anak yang bertakbir. Tapi, yang namanya anak-anak pasti sambil bermain. Buktinya saat satu anak mengumandangkan takbir, anak  yang lain malah ketawa-ketawa sampai terdengar di megaphone. Aku senyum-senyum sendiri di kamar. Hmm, aku tidak tahu bagaimana kalau di Kota, mungkin  di sana ramai. Sama halnya seperti lebaran Idul Fitri, saat Idul Adha pun Mama selalu masak ketupat sayur, ayam goreng, opor ayam, dan rendang.  Hal ini sudah turun temurun loh dilakukan oleh warga di sekitar rumahku. Tapi, aku tetap senang dan bersyukur karena masih bisa merasakan nikmatnya masakan buatan Mama. I love you Mom.

Walaupun bisa menikmati masakan racikan Mama, sayangnya tahun ini aku tidak bisa ikut sholat Idul Adha. Itu karena ada sesuatu hal yang membuatku tidak boleh sholat. Hari Jum’at ini selain tidak bisa sholat Id, aku juga tidak bisa menyaksikan penyembelihan hewan qurban di dekat rumahku. Aku harus pergi ke Pesantren. Insya Allah di Komplek Laladon Permai akan diadakan penyembelihan hewan qurban. Santri Pesantren Media yang tidak pulang ke rumah, diharapkan bisa berpartisipasi dalam acara itu. Karena rumahku dan Holifah cukup dekat dan masih di Bogor, jadi kami juga diharapkan bisa ikut .

Jam 07.30 WIB, aku pergi ke Pesantren Media dengan naik sepeda motor yang dikemudikan oleh kakakku. Jam 8 pagi, aku sampai di Komplek Laladon Permai. Saat memasuki  Komplek, ternyata di lapangan sudah banyak warga yang ingin menyaksikan penyembelihan hewan qurban. Aku heran. Biasanya, di Komplek ini hanya ada sedikit orang yang ke luar rumah. Tapi sekarang, hampir semua orang  yang tinggal di Komplek ini ke luar rumah.  Penyembelihan akan dilaksanakan di lapangan.

Sepeda motor yang aku naiki terus melaju dan  kemudian berhenti di depan Pesantren. Jam 08.05 aku sampai di Pesantren Media. Ternyata saat itu Ustadz Umar ada di depan Pesantren. Beliau hendak pergi ke lapangan. Setelah menerima kunci gerbang dari beliau, aku langsung pamit kepada kakakku dan kemudian pergi ke kamar yang berada di lantai dua. Setelah sampai, aku langsung meletakkan ranselku di samping lemari. Aku melihat ke sekeliling tempat tidurku. Juga ke kamar yang lain. Ternyata tidak ada orang. Santri lain sudah pergi ke lapangan. Di Pesantren hanya ada Ummi Latifah. Beliau sempat menawariku makan. Namun karena sudah makan, jadi aku langsung pamit pergi ke lapangan. Tak lupa kunci gerbang aku bawa.

Yang pertama kali aku lakukan ketika sampai di lapangan adalah mencari Ustadz Umar. Kenapa aku mencari beliau? Itu karena aku akan mengembalikan kunci gerbang. Aku sempat bingung mencari beliau karena di sana banyak orang. Tapi akhirnya aku menemukannya juga. Ustadz Umar ada di tempat pemotongan daging qurban. Setelah mengembalikan kunci, aku langsung mencari santri akhwat yang lain. Ternyata mereka ada di sisi lain lapangan. Tepatnya di bawah pohon. Mereka sedang melihat proses penyembelihan hewan qurban. Aku senang bisa bertemu lagi dengan mereka. Bertemu Teh Dini, Fatimah, ade Muhammad, Maila, Icca, dan santri lain. Namun, aku tidak melihat Via. Setelah diberitahu, ternyata Via pergi ke rumah temannya.

Ada 5 sapi dan 11 kambing yang disembelih. Aku ngeri melihat darah yang bercucuran dari leher hewan-hewan itu. Apalagi saat melihat mereka diikat, ditarik, dan disembelih dengan senjata yang tajam. Kasihan. Namun, inilah kenyataannya. Hidup mereka harus berakhir pada hari ini. Huhu.

Setelah cukup lama melihat hewan disembelih, aku dan santri akhwat lain pergi  ke tempat pemotongan daging. Tempat di mana ibu-ibu berkumpul untuk memotong, memilah, dan membungkus daging. Ketika sampai di sana, kami diberikan tugas  untuk mengambil piring dan kopi di rumah Ibu Omah. Yang pergi adalah aku, Maila, Icca, dan Holifah. Ternyata hanya ada dua piring yang kami dapat.  Sedangkan kopinya tidak ada. Kemudian kami pergi ke lapangan untuk menemui Ibu Omah. Baru 5 menit sampai, kami disuruh mengambil es batu, gelas, dan kopi.  Sehingga kami harus balik lagi ke rumah Ibu Omah. Kurang lebih tiga kali kami bolak-balik ke sana. Dan tugas selanjutnya adalah menulis nama-nama orang di potongan kertas kecil. Tugas ini diberikan oleh Istrinya Pak Cecep. Kami menyebutnya Bu Cecep. Awalnya tugas itu tidak kami kerjakan dengan baik. Tidak sesuai dengan yang diinginkan Bu Cecep. Tadinya yang ditugaskan adalah Icca dan Maila. Mereka tidak mengerti dengan tugas itu. Karena Maila mendapat tugas baru, jadi yang mengerjakan tugas dari Bu Cecep adalah aku dan Icca. Aku yang bertugas menulis dan Icca yang merobek, membagi kertas, dan mendiktekan nama. Meskipun awalnya salah tapi akhirnya kami bisa mengerjakan tugas itu dengan baik. Alhamdulillah.

Tugas berikutnya adalah membantu membungkus daging ke dalam plastik. Semua santri ikut membantu termasuk ikhwan secara bergantian. Kami bekerja dengan cepat dan serius walaupun kadang sambil bercanda juga. Setelah memasukkan daging, kami harus menghitung dan merapikan bungkusan daging tadi.  Pekerjaan kami sempat terhenti karena kami kekurangan plastik . Tulang-tulang daging juga belum dimasukkan ke dalam plastik. Kami menggunakan waktu ini sebaik-baiknya untuk minum dan makan. Minum air sirup dan makan asinan, kue bika, dan combro. Enaknya. Selain makan kami juga mengobrol sebentar. Setelah plastiknya ada kami kembali bekerja. Pekerjaaan ini cukup lama kami kerjakan karena dagingnya juga banyak. Cukup membuat kami kelelahan. Sekujur tubuh kami dicucuri keringat. Wajah agak merah dan lesu.  Rasanya ingin cepat mandi. Akhirnya tugas itu selesai juga. Kami diperbolehkan pulang ke Pesantren. Jam 2 nanti, kami harus balik lagi ke lapangan untuk membantu membagikan daging. Kalian tahu? Kami pulang ke Pesantren dengan aroma daging. Haha.

Di Pesantren kami istirahat, makan siang, dan sholat Ashar. Setelah itu kami balik lagi ke lapangan. Tapi sebelum pergi ke sana, kami mendapat informasi bahwa daging sudah dibagikan. Alhamdulillah  kami terbebaskan dari tugas itu. Tapi ternyata ada satu tugas lagi yang harus kami selesaikan. Ustadz Umar meminta kami untuk mencuci dan membersihkan daging. Yang mengerjakan adalah aku, Maila, Icca, dan Holifah. Saat mencuci, kami merasa bingung dan sedikit aneh. Aneh melihat bagian-bagian daging. Ternyata tidak hanya daging yang harus kami cuci. Ada tulang dan gajih. Kami sempat kekusahan memisahkan gajih dari dagingnya. Tapi Ustadz Umar menyuruh agar gajih dan daging idak perlu dipisahkan. Alhamdulillah. Dengan begitu pekerjaan ini akan cepat selesai. Akhirnya jam 4 sore pekerjaan ini selesai juga. Aku merasa hari ini adalah hari yang sibuk. Tapi sekaligus menjadi pengalaman baru untukku. Selamat hari Raya Idul Adha! [Siti Muhaira, santriwati angkatan ke-2, jenjang SMA, Pesantren Media]

Catatan: tulisan ini adalah bagian dari tugas menulis di Kelas Menulis Kreatif, Pesantren Media

By Administrator

Pesantren MEDIA [Menyongsong Masa Depan Peradaban Islam Terdepan Melalui Media] Kp Tajur RT 05/04, Desa Pamegarsari, Kec. Parung, Kab. Bogor 16330 | Email: info@pesantrenmedia.com | Twitter @PesantrenMEDIA | IG @PesantrenMedia | Channel Youtube https://youtube.com/user/pesantrenmedia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *