Loading

Banda Aceh. Senin, 6 Agustus 2012

Suara ngaji mengalun dari pengeras suara di surau-surau yang berada disekitar gampong Lamlagang dan Lhong Raya tempat ku tinggal. Aku tau itu pasti lagu bayati. Aku sangat suka dengan lagu itu yang mengalun syahdu. Inilah suasana ramadhan sesungguhnya yang tak ku temukan di daerah lain.

***

Tadi pagi aku disibukkan dengan ritinitas harian yang ku kejakan yakni, menyapu dan mengepel rumah. Setelah itu mencuci baju yang kubawa dari Jawa. Hmm.. walaupun rumah ku terbilang besar dan luas, pekerjaan rumah terbiasa dikerjakan sendiri tanpa ada pembantu.

Bukannya tidak sanggup mengupah, tapi memang tabiat orang Aceh bukan bermental pembantu yang suka disuruh-suruh. Semua dikerjakan atas inisiasi dalam diri sendiri. Berbeda dengan orang Jawa yang ketularan buadaya feodalisme. Pantas saja orang Belanda pas masuk ke Aceh geram dengan sikap orang Aceh yang sedikitpun tak takut apa lagi sampai menghamba-sahaya pada Bulek itu.

Setelah siap beres-beres langsung aku ke toko yang berada tak jauh di rumah ku untuk memberikan oleh-oleh ke sahabat tercinta.

Sorenya aku berbelanja ke Pante Pirak square. Satu-satunya pasar swalayan yang terbesar di Aceh. Pendirinya adalah pak Abu Bakar asli orang Peurada. Dan aku tahu betul bagaimana jatuh bangun beliau mendirikan supermarket itu hingga sebesar sekarang. Dan beliau termasuk orang terkaya di Aceh dengan asset tak hanya di retail, tapi juga sekarang merambah ke bisnis PP Bakery, Banda seafood kuliner, Banda water boom, Tower Coffe, Rumah makan, hingga bisnis permainan seperti Time Zone.

Hingga Indomaret membuka cabang di Aceh, Pante Pirak tetap di hati, karena selain lebih murah dan dekat, cabang PP ada di setiap pelosok Aceh.

Sejatinya nama Pante Pirak itu di ambil dari nama jembatan yang tepat beradadi samping bangunan Pante Pirak itu. Sebelumnya PP berlokasi di samping Masjid Raya dengan nama Metro Swalayan yang didirikan sekitar 1987. Bahkan ketika ayah ku masih remaja, ayahku sering melihat pak Abu Bakar telah memulai usahanya mulai dari kios-kios kecil.

Tsunami dating menyapu bersih kota Banda Aceh, termasuk bangunan Pante Pirak yang rata dengan tanah. Bukan akibat tsunami roboh sebagaimana kebanyakan bangunan di Aceh yang rata dengan tsunami. Roboh nya bangunan ini di akibatkan goyangan genpa berkekuatan 8,9 SR merobohkan bangunan yang berlantai  3 itu. Cobaan berat buat Pak Abu Bakar yang menderita kerugian 8 M lebih!!

Bukan pengusaha hebat namanya jika kehilangan akal. Bahkan dari musibah itu lah dia belajar bahwa jangan meletakkan telur di satu keranjang. Walhasil bisnis dia sekarang makin pesat dengan membuka cabang di setiap daerah di Aceh. Untung saja waktu sebelum tsunami melanda, Pak Abu Bakar telah membuka satu cabang di Neusu, dekat dengan rumahku. Jadi barang yang masi layak jual, di opor ke cabang ini.

Dan belajar dari pengalaman, bangunan yang roboh itu di bangun ulang dengan konsep rangka baja yang anti gempa. Ya walaupun aksiteturnya kurang menarik, lebih indah arsitektur bangunan sebelumnya.

***

Malam harinya waktu ku habis ngobrol dengan ibu. Beliau menanyakan keadaanku di Bogor, tentang system belajar mengajarnya. Dan lain-lain. Setelah itu aku pun asik bermain dengan ponakanku Bahlawan hingga akhirnya ia tertidur.

 

Selasa, 7 Agustus 2012

Hmmmmmm ….. hoammm diriku masih saja di ranjang tercinta…enggan tuk beranjak dari nikmatnya peraduan.

Seperti biasa, pagi-pagi aku bersih-bersih rumah, bermain dengan keponakan dan siangnya ada kabar pamanku sakit dan sekarang lagi dirawat inap di Rumah Sakit Umun Zainal Abidin, Banda Aceh. Jadi aku, ayah dan ponakan langsung menuju kesana. Sesampainya disana, aku tak berani memasukan anak kecil kedalam ruangan orang sakit. Takut terjadi hal yang tak diinginkan. Al hasil kami berdua pun keliling bangunan baru rumah sakit itu. Memang sejak pertama kali di bangun pasca-tsunami dan baru selesai tahun 2009, baru sekarang aku menjelajahi bangunan modern-minimalis ini.

Nah pas aku memasuki ruang informasi dan administrasi, aku bertemu dengan Bang Sandy, tetangga toko ku di Keutapang. Wah. Penampilannya selalu mengundang kontroversi. Mulai dari pertama aku melihatnya dengan potongan rambut ikal yah agak sedikit mirip Rangga di film AADC(ada apa dengan cinta). Setahun kemudian berganti style dengan rambut yang di smoothing panjang. Setahunnya lagi atau terakhir kalinya aku melihat dia sebelum ke Bogor, dengan potongan rambut yang macho cepak. Nah sekarang, nau’dzubillah nggak ada tersisa gantengnya sedikitpun. Dengan tubuh yang semakin cungkring, plus kepala  plontos. Hampir saja aku tak mengenalinya lagi.

“Hei ulan, apa kabar ? dah lama nggak jumpa ya?” tegurnya

“Iya baik.”

“ kemana aja ? kok dah jarang ke Ketapang?”

“kami dah di Bogor bang, sekolah disana.”

“oh pantes, mamak kemaren tu ada tanya ulan ga pernah Nampak-nampak lagi.”

Ternyata tujuannya kesini karena ibunya sedang sakit dan lagi dirawat inap di rumah sakit yang bangunan lama. Jadi tak memungkinkan ku tuk menjenguk ibunya karena terbilang cukup jauh dari lokasi kami berada.

Akhirnya pertemuan singkat itu pun berakhir. Aku dan Bahlawan melanjutkan ekspedisi menjelajahi bangunan rumah sakit.

Hinngga ada yang menarik di mata ku dan Bahlawan

***

Pesona senja yang memukau.

Matahari senja yang sempurna membiaskan jingga.

Sorenya sekitar jam 6, ada undangan buka puasa di Mba Moel Café. Tapi, karena masi ada waktu, aku jalan-jalan ke daerah jembatan Lamteh.  Pas momennya lagi sunset, subhanallah… lukisan Allah sungguh menawan. Perpaduan indahnya gunung, bukit gundukan pasir dan kumpulan pepohonan di tengah laut menambah keindahan di sore itu.hmm hal ini lah  yang kurindukan. Komposisi yang sempurna.

Rabu, 8 Agustus 2012

Hari ini hari yang membosankan. Waktu tersita hanya dirumah saja. Paling disuruh ibu untuk berbelanja ke pasar. Pasar terdekat dari rumah yaitu pasar Neusu. Setelah itu kukur kelapa di kedai Kak Rose. Kedai Kak Rose ini sangat terkenal di gampong Lamlagang tempat ku tinggal. Sebuah warung kecil, namun lengkap menjajakan keperluan masak-memasak serta keperluan rumah tangga lainnya.

Menurutku warung ini unik. Karena penjualnya ini yang bernama Kak Rose selalu bersuara nyaring ketika menghitung belanjaan pelanggannya. Dan Kak Rose ini terkenal jujur dalam berdagang dan member kelapangan ketika ada yang berhutang.

Warungnya selalu ramai dikunjungi warga Lamlagang. Terutama jika hari libur. Danhari besar seperti menjelang puasa atau menjelang lebaran. Yang biasa disebut tradisi mak meugang yakni tradisi masak-masak daging. Yaa.. daerah di Aceh memiliki tradisi ini karena daging di Aceh berkuslitas nomor wahid. Karena di ternakan dengan cara yang masi alami hanya diberi makan rumput gajah. Selain itu tradisi ini sebagai penyambutan yang meriah atas datangnya bulan Ramadhan dan perayaan atas memenangkan perang melawan hawa nafsu sebulan penuh.

Yang uniknya lagi, walaupun ada warga Aceh yang miskin, untuk tradisi ini setiap kepala keluarga ada saja rejeki membawa sepotong daging ke rumah ya walaupun harga daging di Aceh selalu tinggi yakni bisa saja mencapai Rp 120.000,- per kilogramnya!

Biasa olahan daging ini bisa dimasak menjadi masakan yang lezat dengan cita rasa yang tinggi. Seperti yang umum rendang Aceh, hingga masakan yang sangat khas hanya bisa ditemui di Aceh Besar yakni Sie Reuboh (daging rebus). Tapi jangan berfikir daging hanya direbus begitu saja. Untuk menghasilkan citarasa yang tinggi olahan daging ini dimasak dalam gerabah yang terbuat dari tanah liat. Dan semakin tua atau semakin lama masa pemakaian gerabah ini semakin berpengaruh pada cita rasa yang dihasilkan. Rasa utamanya adalah asam cuka kampung.

Cara penyajiannya pun cukup prestise ya pastinya prestise ala kampung yakni dengan cara pemanasan di atas tungku agar selalu enak disantap. Ini seperti cara penyajian ala makan steak setengah matang di Jepang, hehhe. Sie Reuboh ini bisa bertahan berbulan-bulan loh. Asal selalu di panaskan. Makanan tradisional ini juga sudah ada sejak ribuan tahun lalu masakan yang biasa disantap saat berperang. Sekilas tampilan dan komposisinya Sie Reuboh ini mirip masakan India.

gambar: keumamah yang dicampur kentang rasanya asam pedas gurih serta rasa yang tak bisa di jelaskan dengan kata-kata.

***

Gemerisik angin sore berganti menjadi alunan indah dari pengeras suara di surau-surau… nikmat sekali mendengar alunan suci itu. Hingga akhirnya mengantarkan ku pada alam mimpi yang menakjubkan.

 

Kamis, 9 agustus 2012

Beuh seharian suntuk dirumah!

Jumat, 10 agustus 2012

Masi aja ini betah dirumah. Huft. Gada hal menarik yang ingin diceritakan hari ini.

Ibu menjahitkan gamis bewarna coklat keemasan. Polos. Ditambah sedikt renda di pinggang dan pergelangan tangan. Yah bisa dipakai untuk hari-hari biasa dan tentu saja untuk pesta.

***

Sebelum jumat, kakak iparku berbelanja baju lebaran untuk Bahlawan di Pasar Atjeh. Dan bisa di pastikan pasar yang berlokasi tepat di samping Masjid Raya itu padat pengunjung.

Di malam harinya aku menonton kick Andy di Metro TV. Cikup unik kali ini kisah  yang diangkat adalah di balik foto fenomenal. Kisah yang mengulas seluk-beluk cerita dibalik foto tersebut dan tentu saja profil sang fotografernya. Dunia fotografi memang sangat ku minati  audio visual dan semacamnya lah..

Sabtu,11 agustus 2012

Hari ini tak lepas ku habiskan waktu seperti hari biasa di rumah dan sorenya aku ada tanggung jawab untuk memboking tempat untuk buka puasa bersama yang telah disepakati oleh kawan-kawan sekelas dulu waktu SMA.

Daun-daun ini sebuah resto n café yang tidak terlalu besar karena di tmpatkan di petokoan daerah Lamnyong (dekat kampus Unsyiah).

Walaupun sedang terik-teriknya matahari dan lagi puasa… ya harus dilaksanakan juga tanggung jawab ini. Abisnya yang laen mau terima bersihnya doang sih. Tapi gak apa aku sedikit bekorban mudah-mudahan hasilnya nanti juga memuaskan. Toh aku juga yang merindukan suasana ngumpul-ngumpul seperti dulu lagi.

Tapi sayang banget karena yang daftar sedikit dar 32 orang yang baru konfirmasi hari ini cuma 10 orang. Hmmm aku harap juga pas hari H bisa banyak yang datang. Walaupun agak pesimis karena dari tahun ke tahun jumlah yang hadir selalu berkurang dikarenakan kesibukan masing-masing.

Minggu, 12 Agustus 2012

Di sore sedikit lagi menjelang asar aku ikut ayah dan ibu ke kampung untuk membagikan zakat mal. Ini salah satu tradisi di keluarga ku jika setiap ramadhan waktunya membagikan zakat ke kerabat terdekat di kampung.

Biluy, Darul Kamal, Aceh Besar adalah kampungku. Perlu ku ceritakan sedikit asal usulku kawan.. hehe dari pada ga taumau nulis apa ya khan? Daerah di Biluy sana adalah tempat berkumpulnya kolega ibuku. Mulai dari buyutku ada di sana. Sedangkan ayah ku berasal dari Lambaro Angan, Aceh Besar. Hehe.. walaupun satu kabupaten Aceh Besar, jangan tanya jauhnya seperti apa. Jika dengan menggunakan motor dengan kecepatan sedang dan jalanan yang selalu lenggang bisa menghabiskan waktu 2 jam. Dan perjalanan kita juga akan membelah kota Banda Aceh itu sendiri.menyusuri dari kampung ke kampung yang tak terkira jumlahnya. Dusun perdusun memang dari dahulu kala sangat berdekatan dan namanya sangat mirip-mirip. Jadi kalo anda mau menjelajahi Banda Aceh dan Aceh Besar ini sangat bingung soalnya saya yang dari SMP disini saja bingung dan tidak semua sudut belum saya jelajahi. Bahkan ibu saya yang sejak lahir di sini mengaku belum pernah ke tempat yang pernah saya kunjungi. Memang tidak ada habis-habisnya jika saya menceritakan pesona yang masih tesembunyi dari sorot kamera nasional maupun dunia maya. Oleh karena itu di lain kesempatan aku akan mengeksplor pesona kekayaan alam dan pariwisata beserta history yang kental di setiap tempatnya.

***

Azan ashar pun sayup-sayup terdengar dari toa masjid yang tak jauh dari rumah opaku. Bergegas saya, ibu, ayah dan si kecil Bahlawan pergi ke masjid Peukan Biluy. Sesampainya disana, terasa benar hawa masa kecilku. Banyaksekaliyang berubah padamasjid ini. Kubah ynag sudah mulai usang dan lapuk, pokonya secara keseluruhan mata dan memoarku menyimpulkan display masjid ini tak semegah dulu. Tapi ya tetep, se gak megahnya masjid di daerah ku, masih tetap terlihat kokoh dibandingkan masjid-masjid di daerah lain. Ya ini terbukti saat tsunami melanda Aceh hampir sewindu yang lalu. Selain karena 99,99999% kuasa Allahu Ta’ala, masjid yang jaraknya sekitar hanya 1 meter dari laut yaitu masjid Ulhe-leu, masih tegak dan pongah berdiri hingga saat ini.  Gak lain gak bukan itu di dukung juga oleh struktur dan komposisi bangunan yang kualitasnya terbaik.

Orang diAceh memiliki tradisi dari zaman hindu hingga sekarang yang tak hilang yaitu tradisi peusijuk tapi sudah di asimilasi oleh budaya islam dengan dzikir, doa, shalawat lengkap satu paket. Yang lain propertinya seperti padi, pulut kuning, tanaman tujuh rupa serta air beras dan sedikit kapur menjadi pelengkap dan simbol-simbol saja yang mungkin memiliki arti.

Peusijuk ini biasa digunakan dalam acara peletakan batu pertama saat membangun masjid atau rumah, diiringi kenduri dan kasi makan anak yatim.

***

Rencana hari ini kami akan buka puasa bersama di rumah cecek di Lamsod. Tapi karena belum keburu magrib kami pun pulang kerumah. Dan menyiapkan makanan untuk berbuka..

Ada kates kerok plus sirup kurnia yang memiliki rasa yang enak manis dan tentunya menghilangkan dahaga di tengah puasa. [Dini Purnama Indah Wulan, santriwati Pesantren Media, jenjang 1 SMA]

Catatan: tulisan ini sebagai bagian dari tugas menulis diary di Kelas Menulis Kreatif, Pesantren Media

By Administrator

Pesantren MEDIA [Menyongsong Masa Depan Peradaban Islam Terdepan Melalui Media] Kp Tajur RT 05/04, Desa Pamegarsari, Kec. Parung, Kab. Bogor 16330 | Email: info@pesantrenmedia.com | Twitter @PesantrenMEDIA | IG @PesantrenMedia | Channel Youtube https://youtube.com/user/pesantrenmedia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *