Loading

Senin, 06 Agustus 2012

Perjalanan Menuju Rumah

Tepat di hari ini, aku akan pulang ke rumahku untuk libur puasa dan lebaran. Aku rindu sekali rumahku. Tapi, sebelum rasa rinduku itu terbalas, aku dan teman-temanku mulai rajin membereskan kamar pondokan agar bersih dan rapih. Banyak sekali keceriaan yang terpancar dari wajah mereka. Belum lagi dengan munculnya rasa kebersamaan untuk saling membantu. Meskipun teman-temanku tidak lengkap pada saat itu. Karena sebagian dari mereka sudah pulang lebih dulu dari aku dan teman-temanku yang masih di pondok.

Dan sekarang, tepat di jam 6 pagi, seluruh santri ikhwan dan akhwat mulai berkumpul di depan perpustakaan, ada juga depan rumah Ustad Umar. Diperkumpulan tersebut, Ustad Umar kembali menanyakan soal kepulangan kami. Dan pada saat giliran aku, betapa senangnya aku karena aku akan diantar oleh Ustad Umar bareng Ira dan Ilham. Karena kebetulan Ira dan Ilham menuju tempat yang searah denganku.

Entah kenapa, sebelum aku meninggalkan pondokan, hatiku mulai gundah saat aku menatap wajah teman-temanku yang masih di pondok, aku mulai merasa kehilangan. Apalagi saat aku tahu bahwa orang yang selama ini sudah kuanggap kakakku mulai menangis akibat perpisahan sementara ini. Mau tidak mau, akupun menahan tangisku itu, karena aku tidak mau mereka semua tahu perasaanku pada saat itu. Dan semoga saja, jika Allah menghendakiku untuk bertemu dengan mereka, akupun pasti akan bertemu kembali dengan mereka.

Waktu berlalu begitu cepat, dan kini tinggal aku sendiri yang masih sibuk menunggu angkot. Sedangkan temanku Ira, sudah lebih dulu meninggalkanku. Dari kesendirianku itu, aku dirundung ketakutan, karena kebetulan, hari ini hari pertamaku pulang sendiri. Dan ketakutan itu semakin bertambah, saat ada seorang pemuda berandalan yang ada di depanku, ia sinis sekali melihatku, bahkan aku sempat mencurigai pemuda itu maling. Tapi untungnya, ada angkot yang menuju tempat kakakku di gang sawah. Dengan perasaan tenang dan terlindungi, akupun memasuki angkot itu dan diajak ngobrol oleh seorang nenek paruh baya yang baru saja pulang berbelanja. Tapi sayang, saat aku dan penumpang lain tengah berada di tengah jalan. Ada seorang ibu dan anak menanyakan rumah sakit kepada supir angkotnya, awalnya supir angkot itu bilang tahu rumah sakit itu. Tapi ternyata, saat ibu itu kembali bertanya, supir angkot itu malah bilang tidak tahu dan akhirnya, ibu dan anak itu turun dengan wajah kebingungan. Ya kalau menurut aku sih, supir angkot itu sengaja melakukan hal itu agar dapat untung, tanpa memikirkan perasaan orang lain. TEGANYA. .

Hai sahabatku. . kita ketemu lagi nih. .

Alhamdulillah, aku sudah sampai di rumahku, tepatnya pada pukul 10 siang. Aku disambut histeris oleh kedua keponakanku yakni Aab dan Utruj. Ia berlari mengejarku yang tengah tergopoh-gopoh membawa barang-barang berat.

Dengan perasaan rindu dan senang, akupun tersenyum sambil memeluk kedua keponakanku. Bahkan, mereka tidak lupa mencium kedua pipiku. Heheh. . senangnya hatiku.

Eitss. . tidak hanya itu saja kok yang membuat aku senang, ada satu hal lagi yang membuat aku senang, yakni bertemu dengan Hilyah Munibah yang baru berumur 3 bulan. Hilya adalah keponakanku yang ketiga, saat ia baru lahir, aku tidak sempat melihatnya. Aku hanya bisa melihat keponakan baruku itu dari Facebook kakak iparku.  Hehehe…

Kamis, 06-09-2012

Catatan Perjalanan Menuju Pondok

Di perjalanan pulang ke pondok ini, aku merasa senang. Kenapa tidak, ibukku bersedia untuk mengantarku. Meskipun aku tahu, ibukku sangat lelah saat itu. Bayangkan saja, ibukku mengajar pagi di sebuah SD, dan pulang pukul 3 sore. Setelah itu, tepat pukul setengah 5 sore, ibukku langsung mengantarku tanpa istirahat. Dan mungkin, karena hal itu aku jadi khawatir dengan ibukku.

Lalu, saat aku dan ibukku bergegas untuk berangkat, bapakku pulang bersama temannya. Dan dia serta adikku langsung mengantar aku dan ibukku menuju depan Pekapuran.

Dan di depan pekapuran itu, aku dan ibukku membeli jeruk sebentar sambil  menunggu bus yang lewat. Barulah setelah itu, bus lewat di depan kami dan kami langsung menaiki bus itu. Meskipun kami harus diri sebentar karena tidak kebagian tempat duduk.

Tidak hanya itu saja loh, saat aku dan ibukku tengah berdiri. Jarak antara aku dan ibukku semakin jauh. Bahkan, aku sempat ditawari tempat duduk oleh ibu-ibu. Tapi sayang, aku menolaknya. Aku tidak akan duduk jika ibukku sendiri tidak duduk.

Dan alhamdulillah, setelah aku bersabar menahan rasa pegalku itu, ada dua orang penumpang yang turun. Dua penumpang itu duduk di tempat yang sama, dengan cepat, aku langsung menyuruh ibukku duduk di sampingku.

****

Hari semakin gelap, tapi saat itu aku dan ibukku masih dalam perjalanan ke pondok. Apalagi saat kami diturunkan di Bubulak, kami khawatir tidak akan mendapatkan mobil yang menuju Komplek Laladon.

Tapi untungnya, disaat kami tengah bingung seperti itu. Ibukku memutuskan untuk menaiki mobil 08 dan berhenti di depan gang yang ada tulisan Ibnu Aqil. Barulah saat kami sudah sampai kesana, kami menunggu angkot yang kali saja ada yang lewat gang itu.

Dan alhamdulillah ada. Kamipun langsung naik mobil itu menuju pondok. Meskipun sebelum itu, aku dan ibukku sempat dibuat kesal oleh seorang bapak-bapak. Gimana tidak, saat ibukku bertanya dengan bapak-bapak itu tentang Angkot 32, bapak itu bilang masih ada yang lewat. Tapi tiba-tiba saja dia menaiki mobil lain, tanpa menghiraukan kami. [Novia Handayani, santriwati Pesantren Media, Kelas 2 SMA]

Catatan: tulisan ini adalah bagian dari tugas menulis catatan perjalanan dan diary di Kelas Menulis Kreatif, Pesantren Media

By Administrator

Pesantren MEDIA [Menyongsong Masa Depan Peradaban Islam Terdepan Melalui Media] Kp Tajur RT 05/04, Desa Pamegarsari, Kec. Parung, Kab. Bogor 16330 | Email: info@pesantrenmedia.com | Twitter @PesantrenMEDIA | IG @PesantrenMedia | Channel Youtube https://youtube.com/user/pesantrenmedia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *