Loading

Seperti biasa, diskusi yang rutin dilakukan setiap minggunyadi Pesantren Media dan selalu membahas tema yang unik, menarik atau lagi marak-maraknya dikalangan masyarakat. Dan kaliini forum diskusi Pesantren Media akan membahas sesuatu yang sedang marak di masyarakat yaitu “Cabe-cabean, bencana alam dan santri media”. Untuk memimpin diskusi telah dipilih Dhiya Musa A.R. dan Risky Yannur Tanjung sebagai moderator dan saya sendiri, Nurmaila Sari sebagai notulen.

Mengapa diskusi kali ini berjudul “Cabe-cabean, bencana alam dan santri media”. Apasih maksud dari judul itu? Kenapa ada tiga pembahasan dalam satu judul?

Jawabannya ada tiga:

Yang pertama,masalah cabe-cabean itu lagi marak-maraknya di kalangan masyarakat.

Kedua,sekarang banyak kota-kota yang tertimpa musibah seperti banjir, gunung meletus, longsor, badai dan yang lainnya. Dimana semua musibah itu diturunkan oleh Allah bisa jadi sebagai ujian, peringatan atau bahkan azab bagi orang-orang melanggar aturan agama (berbuat dosa/maksiat).

Dan yang terhakhir hubungannya dengan santri media adalah sebagai ‘agen of change’ atau agen pengubah. Mengubah apa? Tentunya mengubah pemahanam masyarakat yang terjerumus dalam kemaksiatan dengan cara mendakwahinya. Bisa langsung mendakwahi dan bisa juga tidak langsung (seperti: membuat tulisan treus diupload dimedia masa).

Setelah Ustadz Oleh selesai menyampaikan prolog, sebagai moderator Dhiya Musa A.R.  dan Risky Yannur Tanjung mengambil alih diskusi dan langsung membuka sesi pertanyaan. Dan pertanyaan pertama datang dari Hawari “Apakah istilah cabe-cabean ini dipopulerkan oleh media masa?”

Pertanyaan selanjutnya datang dari Solahudin Umar “Apasih definisi dari cabe-cabean?” pertanyaan ini sangat mendasar, namun perlu untuk dijelaskan agar tidak persepsi. Kemudian pertanyaan datang dari Muhammad Qois A.Q. dan Muhammad Ihsan A.K.

Muhammad Qois A.Q. “Apasih peran santri media terhadap bencana alam dan cabe-cabean ini?” dan Muhammad Ihsan A.K. “Apakah bencana alam ada hubungannya dengan cabe-cabean?”

Dari Ahmad Khoirul A. “Siapa yang patut disalahkan mengenai fenomena cabe-cabean?” Dan dari Neng Ilham “Apa yang dilakukan cewe cabe-cabean?”

Setelah Neng Ilham, pertanyaan datang dari Siti Muhaira “Apa yang menyebabkan cewe cabe-cabean?”

Dan pertanyaan terakhir datang dari Ela Fajarwati P. “Apakan semua cewe yang berpakaian seksi itu cewe cabe-cabean? Dan apa yang harus kita lakukan agar fenomena cabe-cabean hilang?”

Setelah semua pertanyaan selesai diajukan kepada forum diskusi, kemuadian dilanjutkan dengan sesi jawab pertanyaan.

Dan pertanyaan pertama yang di bahas adalah Apasih definisi dari cabe-cabean?

“Setahu saya, cewe cabe-cabean itu seperti ‘jablay’ hanya saja yang dibilang cabe-cabean itu yang masih SMA” itu jawaban dari Holifah Tussadiah.

Dan inilah jawaban moderator, Dhiya Musa A.R. yang dikutip dari gaulislam edisi 326Istilah untuk anak cewe alay yang sok imut, genit, ganjen dan pecicilan gitu deh. Sering nongkrong di arena balap liar atau kalo naik motor seringnya boncengan bertiga nggak pake helm dengan balutan pakaian yang ketat dan minim. Kesannya para ABG cabe-cabean ini adalah cewe yang murahan dan bahan mainan para cowo iseng.

Sepertinya  jawaban tersebut sudah cukup untuk menjawab pertanyaan dari Solahudin Umar, karena tidak ada lagi yang ingin menambahkan atau menyanggah, maka moderaotr pun melanjutkan diskusi ke pertanyaan selanjutnya.

Apa yang dilakukan cewe cabe-cabean?”

Ahmad Khoirul A. pun menjawab “Nongkrong-nongkrong, campur baur dengan lawan jenis, dan hal-hal yang negative lainnya.”

Solahudin Umar menambahkan “Suka minum-minuman keras, dan suka godain lawan jenisnya.”

Dan ini sedikit tambahan dari Dhiya Musa A.R. “Suka pakai pakaian yang minim, alay, sering keluar malem, dan tentunya nggak mau diatur.”  

Berhubung Neng Ilham sudah merasa puas dengan jawaban yang diberikan untuk menjawab pertanyaanya, diskusi pun dilanjutkan dengan menjawab pertanyaan dari Siti Muhaira “Apa yang menyebabkan cewe cabe-cabean?”

Jawaban pertama datang dari Hawari “Karena ingin dianggap gaul, pengen eksis, dan pengen menjadi pusat perhatian”

“Karena kurang ngerti islam” Itu jawaban singkat dan bagus dari Muhammad Ihsan A.K.

Ustadz Oleh Solihin menjawab “Karena, lingkungan yang nggak islami, karena teman-teman yang seperti itu, dan karena adanya daya dorong dan daya tarik seperti ingin eksis terus melihat temannya kayak gitu jadi ikut-ikutan.”

Itulah beberapa jawaban dari pertanyaan Siti Muhaira yang dirasa sudah cukup menjawab pertanyaan mengenai penyebab cewe cabe-cabean. Diskusi pun berlaih ke pertanyaan selanjutnya.

“Apakah istilah cabe-cabean ini dipopulerkan oleh media masa?”pertanyaan ini datang dari Hawari.

Noviani Gendaga menjawab “Tentu, karena media juga mendukung cewe biasa menjadi cewe cabean. Ini terlihat dari iklan, sinetron, atau film-film yang selalu menayangkan cewe yang berpakaian seksi dan menanam kan images kalau seksi itu cantik dan sebagaiya.”

Dan ini jawaban ngaur dari Muhammad ihsan A.K. “Mungkin istilah cabe-cabean ini datang dari Cherybelle karena mereka kan cibi-cibi dan kata itu dirubah menjadi cabe-cabe.”

Sedangkan Ustadz oleh Solihin menjawab “Saya belum tahu, jadi pertanyaan dari hawari belum bisa terjawab.”

Kemuan diskusi dilanjutkan dengan menjawab pertanyaan dari Ahmad Khoirul A. “Siapa yang patut disalahkan mengenai fenomena cabe-cabean?

Chairunnisa B.P. pun berusaha menjawab dengan suara yang hamper habis “Orang tua, masyarakat, Negara, individu dan lingkungan sekitar.”

Kemudian dengan satu kata saja Muhammad Qois A.Q menjawab “Setan.”

Dan jawaban terakhir datang dari Hawari “Yang harus disalahkan adalah cewe cabe-cabean, kenapa dia cabe-cabean segala.”

Karena sudah terjawab, moderator kembali melanjutkan diskusi dengan menjawab pertanyaan dari Muhammad Ihsan A.K. “Apakah bencana alam ada hubungannya dengan cabe-cabean?”

Cylpa Nur Fitriani menjawab “Bisa jadi, karena cabe-cabean itukan maksiat. Mungkin Allah memperingatinya dengan adanya bencana agar mereka jera.”

Merasa terjawab pertanyaan dari Muhammad Ihsan A.K. diskusi kembali dilanjutkan dengan menjawab pertanyaan pertama dari Ela Fajarwati P. “Apakan semua cewe yang berpakaian seksi itu cewe cabe-cabean?”

Solahudin Umar menjawab “Tidak, yang cabe-cabean itu orang yang merasa bahwa dirinya cabe-cabean.”

Nggak mau ketinggakan Hawari pun menjawab “Nggak semua cewe cabe-cabean itu seksi, tapi semua cewe cabe-cabean itu pasti seksi.”

Moderator pun menjawab “Kalau cewe seksi belum tentu cabe-cebean karena mungkin mereka tidak melakukan hal-hal seperti yang di ciri-cirikan.”

Setelah pertanyaan terjawab pertanyaan pertama diskusi kembali dilanjutkan kepertanyaan yang kedua dari Ela Fajarwati P. “Apa yang harus kita lakukan agar fenomena cabe-cabean hilang?”

“Membenahi ketakwaan individu” Ini jawaban dari Ahmad Khoirul A.

Hawari menambahkan “Lakukan razia cewe cabe-cabean dan setiap cewe yang tertangkap dimasukkan ke karung goni, biar jera.”

Merasa kurang tepat Fadlan pun membantah “Di Ketapang, pernah dilakukan razia tapi nggak jera-jera (masih ada aja cewe cabe-cabeannya).”

Hawari pun menjelaskan “Mereka nggak jerak karena razianya nggak pakai karung goni.”

Moderator pun menambahkan “Tegakkan Khilafah.”

Kemudian moderator kembali melanjutkan kepertanyaan selanjutnya Apasih peran santri media terhadap bencana alam dan cabe-cabean ini?”

Ahmad Khoirul A. menjawab “Mengambil Hikmahnya, menerapkannya dikehidupan sehari-hari”

Nggak mau ketinggalan, Novia Handayani pun berusaha menjawab “mencoba membantu menyumbang sesuatu yang bermanfaat, mendo’akan mereka, dan memperbaiki diri.”

Kembali, Hawari menjawab “Santri media kan didik untuk menjadi da’I di bidang media, jadi bisa mendakwahi orang-orang yang lalai atau suka melakukan maksiat.”

Terakhir, Ustadz Oleh menyempurnakan jawaban “Santri media kan didik untuk menjadi da’I di bidang media, jadi bisa menyampaikan kepada orang-orang yang lalai atau suka melakukan suatu dosa. Agar tidak terkena banjir atau bencana alam yang lain, karena musibah itu bisa jadi peringatan atau azab yang diberikan oleh Allah kepada orang-orang yang bermaksiat. Lagi pula bencana alam itu adalah hasil dari  kerusakan yang terlah dilakukan manusia. Seperti firman allah :

النَّاسِ أَيْدِي كَسَبَتْ بِمَاالْبَرِّ وَالْبَحْرِفِيالْفَسَادُظَهَرَ

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia… (Q.S. Ar-Rum: 41).

Dan kita (santri media) mendo’akan orang-orang yang terkena musibah.

[Nurmaila Sari, santriwati kelas 2 jenjang SMA, Pesantren Media]

By Siti Muhaira

Santriwati Pesantren Media, angkatan kedua jenjang SMA. Blog : http://santrilucu.wordpress.com/ Twitter : @az_muhaira email : iraazzahra28@ymail.com Facebook : Muhaira az-Zahra. Lahir di Bogor pada bulan Muharram.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *