Loading

Kalau tahun kemarin bukbernya di masjid, tapi kalau sekarang bukbernya di masjid nurul iman. Kalau tahun lalu, saat anak-anak menunggu buka bersama, walaupun ada yang gak puasa, santri-santri pesantren media membimbing anak-anak tersebut dengan acara-acara yang seru, walaupun ada yang gak seru. Misal, mereka(santri-santri) ngajak menghafal doa, surat, bermain mencari gambar pada proyektor, dan bahkan sampe nonton film nunggu bukber. Nah, bagian nonton ini, aku barisan pertama. Kalau acara-acara yang lain, bolehlah… baris 1 sampe baris ke-3 dari belakang. Dan kalau tahun lalu aku bagian panitia pembagian makanan. Berarti posisiku juga lumanyan penting ya…

itu kan dulu(tahun kemaren) sekarang tidak, eh maksudnya gak terlalu sama. Kalau tahun lalu anak-anak satu mesjid diajar sama dua orang santri, tapi tahun ini beda. Akan dibuat banyak kelompok, dan setiap kelompok memiliki satu orang santri, dan satu pembantu(santri pembantu). jangan salah, walaupun pembantu, tapi berguna lho. Kan lumaanyan bisa ngambilin aqua(pas buka), tapi mereka juga harus membantu yang santri utamanya juga.

Bukannya malu, tapi aku memang di takdirkan untuk menjadi bawahan santri utama, kenapa? Karena rekanku adalah kak anam! Bayangin deh, aku di banding kak anam? Siapa yang lebih cocok jadi santri utama? Ya jelas kak anam, jika ada 20 orang yang memilih siapa yang harus jadi santri utama, 19 sudah pasti memilih kak anam, dan yang satu lagi memilihku karena kasihan sama aku, atau dia ngasal milih orang. Kak anam mengajar mereka( anak-anak) dan aku melihat sambil mengikuti apa yang dia baca.

Kak anam: ayo! Kita baca dari surah an-nass yaa!

Anak-anak: *diam

Kak anam: ayo! Kita main permainan!

Anak-anak: ayoo…

Kak anam: ayo dengerin! Kak anam mau cerita! Hey! Dengerin! Fitran! Dengerin!

Sebetulnya aku kasihan sama kak anam, dia ngomong sampai triak-triak! Pas dia mengawali surat apa… anak-anak langsung sigap dan berteriak melengking kencang-kencang! Sampe-sampe hari pertama kelompok kak anam adalah kelompok yang paling semangat.

Kelompok kak anam adalah kelompok yang paling sedikit anak-anaknya, hanya 5 atau 6 orang saja! Karena ada satu anak yang kabur-kaburan dengan alasan yang gak jelas misal, “ kak, ijin ke rumah mau nganterim teh gelas!” katanya sambil senyum-senyum kabur.

Itulah murid kami, setiap anak murid kami sangat berbeda-beda karakternya. Ada yang putih dan ada yang merah…. enggak bukan itu, ada yang baik kalem, nakal, kabur-kaburan, normal, abnormal, pinter, sok pinter. Yaa… begitulah anak-anak.

Kalau kelompok-kelompok yang lain, ada yang 7 orang, 8, 6, dan di tim kak umar, 15 sampai mungkin 20an.

Hari demi hari telah berjalan, dan pada hari minggu…dimana saat menu buka bersama adalah nasi bungkus, kfc, atau berbagai jenis makanan bungkuslainnya, anak-anak akan berdatangan. Bahkan bukan hanya dari anak-anak laladon permai, ada tidak sedikit anak-anak dari desa, kampung, komplek atau apalah yang datang untuk mendapatkan sebuah takjil spesial! Dan bu Hindunpun menuruh anak-anak yang baru untuk bergabung kepada kelas kak anam. Dan hari itu adalah hari dimana santri ikhwan mendapat rekor terbanyak, yaitu 26-27 ke atas, karena yang satu anak pindah pihak terus. Ternyata mengurus banyak murid itu gak mudah, hanya anak-anak yang dulu-dulu aja yang merhatiin, sisanya… liatin jam sampe magrib. Dan setiap hari minggu dan sabtu(dapet nasi bungkus juga) adalah hari yang membuat masjid menjadi seperti masjid yang ramai. Dan telah menjadi rekor bagi santri untuk mendapatkan murid terbanyak.

Hari terus berlanjut, dan santri-santri mulai berguguran, tapi bukan mati, tapi karena mereka pulang ke rumah mereka masing-masing. Muridku maksudnya kak anam juga makin bertambah, dan selalu bertambah. sampai aku harus mengandalkan kak Umar, kak Anam, kak Difa, dan si Usman, dan aku sebagai tambahan. Saat kak anam mau pulang, aku juga mulai bingung, soalnya biasanya aku cuman bagian tebak-tebakkan trus kak anam yang ngasih dana buat hadiah, dan aku nggak menguarkan sama sekali dana. Tetapi bukan karena dana yang aku khawatirkan, tapi karena kak Anam yang ngajar dari awal sampai akhir(buka puasa). Tapi aku punya solusi mengenai hal tersebut, aku membuat kelompokku bergabung dengan kelompok kak Umar dan si Usman, trus biarin aja mereka yang ajarin murid-murid, biar aku duduk nyantai liat jam, buka. Dan mereka akhirnya mau pulang, aku sudah kocar-kacir bingung mau ngapain. Malah pulang gak bisa, pura-pura jadi orang lain juga gak bisa. Dan aku memutuskan untuk pergi ke Masjid. Saat di masjid, aku mendapat murid baru. Sebanyak 60 orang anak.[Abdullah Musa Leboe, santri jenjang SMP, angkatan ke-3]

By Administrator

Pesantren MEDIA [Menyongsong Masa Depan Peradaban Islam Terdepan Melalui Media] Kp Tajur RT 05/04, Desa Pamegarsari, Kec. Parung, Kab. Bogor 16330 | Email: info@pesantrenmedia.com | Twitter @PesantrenMEDIA | IG @PesantrenMedia | Channel Youtube https://youtube.com/user/pesantrenmedia

One thought on “Bukber di Masjid”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *