Loading

Apa kabar kereta yang terkapar di Senin pagi?
Di gerbongmu ratusan orang yang mati
Hancurkan mimpi bawa kisah
Air mata, air mata

Belum usai peluit belum habis putaran roda
Aku dengar jerit dari Bintaro
Satu lagi catatan sejarah
Air mata, air mata

Sedih rasanya mendengarkan alunan lagu yang disesandungkan Iwan Fals ini. Lagu dengan judul ‘Tragedi Bintaro’ ini serasa membuka kembali memori pahit 26 tahun silam. Ya, tragedi Bintaro yang terjadi pada tanggal 19 Oktober 1987. Yang saat itu terjadi sebuah peristiwa yang mengguncang masyarakat di negeri khatulistiwa ini. Tabrakan hebat dua buah kereta api di daerah Pondok Betung, Bintaro, Jakarta Selatan, pada Senin pagi. Tragedi ini merupakan kecelakaan terburuk dalam sejarah perkeretaapian di Indonesia. Tak hanya itu peristiwa ini juga telah menyita perhatian publik dunia.

Info yang berhasil penulis temukan di Wikipedia bahwa tragedi Bintaro 1987 bermula dari kesalahan kepala Stasiun Serpong yang memberangkatkan KA 225 ke Stasiun Sudimara, tanpa mengecek kepenuhan jalur KA di Stasiun Sudimara. Sehingga, ketika KA 225 jurusan Rangkasbitung-Jakarta Kota tiba di Stasiun Sudimara pada pukul 06.45 WIB, Stasiun Sudimara yang punya 3 jalur saat itu langsung penuh.

Naasnya, kedua kereta yang berlawanan arah menjadi hancur, terguling dan ringsek setelah bertabrakan. Kedua lokomotif dengan seri BB 30316 dan BB 30616 ini rusak berat. Jumlah korban jiwa 156 orang dan ratusan penumpang lainnya luka-luka. Innalillahi… ini adalah tragedi yang memakan banyak korban jiwa.

Tangis Bintaro 2013

Kesedihan kembali terasa setelah beberapa hari lalu tersiar kabar bahwa terjadi tabrakan antara KRL (kereta rel listrik) Commuter Line nomor 1131 jurusan Serpong-Tanah Abang dengan truk tangki pembawa BBM dengan flat nomor B 9265 SEH dan berkapasitas 24 ribu liter milik PT Pertamina. Innalillahi! Tragedi ini terjadi pada hari Senin sekitar pukul 11.15 WIB, tanggal 9 Desember 2013 di pintu perlintasan Pondok Betung, Jakarta Selatan.

Pamuji (48), petugas penjaga pintu perlintasan kereta Pesangrahan, Bintaro sekaligus sebagai saksi mata mengatakan bahwa lokasinya hanya berjarak sekitar 500 meter dari lokasi tragedi Bintaro 1987.

Insiden itu berawal saat truk yang datang dari arah Tanah Kusir menuju Pondok Aren menerobos palang pintu perlintasan. Kereta yang datang dari arah Serpong menuju Tanah Abang pun langsung menghantam bagian sebelah kiri truk hingga terseret 20 meter. Dan, 4 ledakan langsung membakar truk dan lokomotif kereta. Posisi terakhir truk terguling ke kanan dengan ban sebelah kiri berada di atas. Sedangkan posisi keretanya, lokomotifnya hangus terbakar, gerbong 1 dan 2 anjlok ke sebelah kanan. (Liputan6.com)

Tak hanya itu, laporan sejumlah media nasional dan jejaring sosial Twitter menunjukkan bahwa ada asap  hitam yang membumbung tinggi ke udara. Sementara lalu lintas terhenti akibat persimpangan yang tertutup oleh badan dua kendaraan.

Korban yang tewas sementara ini berjumlah 8 orang termasuk masinis kereta dan 68 luka-luka. Memang lebih sedkit dengan korban pada tragedi 1987. Manajer Komunikasi PT Kereta Api Commuter Jabodetabek (KCJ), Eva Chairunnisa mengatakan bahwa penumpang yang tewas berasal dari gerbong pertama khusus wanita yang terguling dan terbakar.

Dalam peristiwa tersebut, petugas pemadam kebakaran mengerahkan 15 mobil pemadam. Namun karena premium yang terbakar cukup banyak, petugas perlu waktu untuk memadamkannya. Proses pemadaman juga dibantu hujan yang mengguyur kawasan tersebut.

Tragedi Bintaro 2013 salah siapa?

Seperti dilansir Republika.com, Ignatius Jonan yang menjabat sebagai Direktur Utama PT. Kereta Api Indonesia mengatakan bahwa kejadian itu karena tidak tertibnya pengendara dalam berlalu-lintas. Ia juga mengatakan, selama ini di perlintasan kereta api sering terjadi banyak pelanggaran. Terutama kendaraan yang menerobos saat bunyi sirene tanda kereta api melintas telah berbunyi.

Ya, dalam faktanya memang banyak pengendara yang melanggar aturan lalu lintas. Tak hanya di rel kereta, di jalan tol pun juga banyak kecelakaan yang terjadi akibat kelalaian para penggendara atau pengguna jalan sehingga menyebabkan nyawa orang lain ikut terancam.

Maksud hati ingin cepat sampai ke tempat tujuan,

Namun sayang, nyawa pun melayang.

Mungkin seperti itulah kata untuk menggambarkan kondisi mengenai hal ini. Ingin cepat sampai namun melanggar tata tertib lalu lintas. Lampu lalu lintas masih berwarna merah, namun tancap gas aja. Nyawa bisa melayang, Bro!

Peraturan itu untuk ditaati bukan untuk dilanggar! Peraturan dibuat agar menciptakan masyarakat yang tertib. Namun sayangnya banyak yang tidak menyadarinya. Justru terkesan mengabaikannya. Ini dia pentingnya kesadaran diri sendiri. Kematian memang tidak bisa dicegah kecuali jika Allah Swt berkehendak. Namun alangkah baiknya kita berhati-hati dan meminimalisir kecelakaan di lalu lintas. Oleh karena itu pembaca sekalian, semoga kita termasuk orang yang menaati tata tertib tak hanya di jalan raya atau tol melainkan di setiap kehidupan kita. Amiin…

[Siti Muhaira, santriwati kelas 2 jenjang SMA, Pesantren Media]

By Siti Muhaira

Santriwati Pesantren Media, angkatan kedua jenjang SMA. Blog : http://santrilucu.wordpress.com/ Twitter : @az_muhaira email : iraazzahra28@ymail.com Facebook : Muhaira az-Zahra. Lahir di Bogor pada bulan Muharram.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *