Loading

#Lanjutan pembalasan

Setelah sekian lama aku sendiri, tiba-tiba saja ada yang berteriak memanggil namaku. Mendengar namaku disebut aku menoleh ke arah suara itu. Maria, Jessica, Sam, Alex dan Jhonathan datang menghampiriku.

“Eh, Rheva! Lu udah dengar belum kematian Mona?” Ujar Maria memberitahuku.

“Hah? Mona? Kenapa dengan dia? Dia meninggal?” Jawabku dengan terkaget.

“Lha? Lo gak tau? Kan ada beritanya tadi pagi di saluran televisi nasional. Dengar berita dikatakan bahwa Mona tadi malam dibunuh. Pokoknya serem banget deh cara dibunuhnya! Pembunuhnya psikopat kali. Bayangin aja Rhev, isi perutnya terburai tau terus mukanya hii.. pokoknya nyeremin! Mirip joker di film batman, mulutnya robek.”  Kata Jessica dengan bergidik.

“Payah lu, Rhev! Beritanya itu heboh banget. Kematian Mona itu tragis banget. Leher, jantung, tangan dan betis kakinya bolong. Pokoknya parah banget. Gue dengar beritanya tadi pagi.” Ucap Alex nyerocos.

Jhonathan masih berdiam diri kepadaku. Merasa tak enak, mungkin  mengenai masalah Sarah yang telah lalu.

“Woi, Nathan! Lu kok diam aja sih?” Kataku dengan sedikit berteriak.

Dia gelagapan dan menggeleng lemah.

“Rhev? Lu udah nggak marah lagi masalah Sarah waktu itu?” tanyanya padaku dengan menunduk.

“Yah.. lu mah, ya enggak lah! Gue udah nggak marah. Asal,lu jangan ulangi lagi!” Jawabku menghardik. Jhonathan mengangkat kepalanya, menatapku dan tersenyum.

“Makasih ya Rhev, maafin gue.” Ujarnya kepadaku. Aku mengangguk.

“Cie.. Ada apa nih antara kalian berdua?”Kata Sam dengan usil.

“Ih.. mau tau aja apa mau tau banget?” Jawabku sambil tersenyum tak kalah jail.

Week.. ejekku padanya.

Aku dan Jhonathan tertawa. Maria, Jessica, Sam, serta Alex memandang kami penuh tanda tanya.

Lelah tertawa aku memandang semua temanku kembali dan mulai bertanya-tanya ada apa gerangan mereka kembali berkumpul bersamaku lagi.

“Hei, kemana kalian selama ini? Tau gak gue kesepian tau tanpa kalian.” Aku membuka suara.

Mereka saling pandang, bingung hendak menjawab apa. Mereka menunduk malu dan meminta maaf padaku. Aku hanya mengangguk menanggapinya, tapi aku belum menyerah maka aku kembali berkata “Gue maafin, tapi ada syaratnya. Syaratnya kalian semua kasih tau gue, alasan kalian pergi ninggalin gue.”

Jessica angkat bicara “ Maafin gue rhev. Gue dan Maria termakan omongan Mona. Awalnya kami juga gak percaya, tapi Mona nunjukin Foto Rhev. Gak mudah mungkiri ucapannya kalo dia punya bukti yang kuat.” Gak selang beberapa menit Alex yang kali ini mulai bicara “Aku juga sama Rhev. Kami, Gue, Sam, Maria dan Jessica hanya syok aja mendengar itu. makanya kami bermaksud nenengin diri dulu. Makanya kami menjauh. Maaf ya Rhev, tapi kami kira lo bareng Nathan. Soalnya dia yang paling nentang ucapan Mona. Ia juga yang rela nyelidiki kebenaran foto itu.” Aku segera memandang Nathan, tak hanyaaku teman-temanku juga memandangnya. Nathan hanya tersenyum kikuk. “ Maaf ya Rhev, tpi gue malu ama elo. Masalah yang lalu itu gak bisa gue lupain. Lagian gue yakin lo gak mungkin seperti kata mona. Terbukti ia hanya pembohong ulung, bagus deh dia udah gak ada lagi.” ucapnya dengan menggebu-gebu.

Aku tersenyum penuh arti.

*Bersambung..

By Ela Fajar Wati Putri

Ela Fajar Wati Putri | santriwati angkatan ke-3 jenjang SMA, kelas 2 | Asal Pekanbaru, Riau

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *