Loading

Aku melirik jam yang berada tak jauh dari ruang tamu. Aku segera merapikan barang-barang yang akan dibawa nanti, lalu membuka satu demi satu laci berwarna merah muda. Tak sengaja aku melihat sebuah album yang sudah berdebu, ku usap debu itu dengan perlahan. Aku mencoba membuka album itu dengan rasa penasaran, ternyata banyak sekali foto aku dan teman-teman sebayaku dari jaman SD, jaman masih alay-alay, sampai sekarang, rasanya aku tak ingin pergi dari sini. Aku sudah merasa nyaman berada disini.

Ini adalah hal yang paling menyebalkan seumur hidupku. Aku tidak suka dengan yang namanya perpindahan. Rasanya ingin sekali membantah, tapi sama sekali tidak ada sedikitpun respon dari mereka, percuma aku membuat beribu-ribu alasan supaya tidak pindah. Tapi hasilnya toh tetap pindah. Percuma!

OoOooOo

Flashback

Jarum jam sudah menandakan pukul 11. “Lynn..” suara lembut itu membuyarkan lamunanku

“hmm i..iya ma ada apa? Ada yang bisa Lynn bantu? Atau mama mau Lynn bikinin roti, kopi, oh iya teh kali ya…” belum selesai aku bicara

“Lynn… mama nggak mau apa-apa kok, mama mau ngomong sesuatu.” Mama memutuskan omongannya sengaja di beri jeda

“mama Cuma mau kita semua pergi” aku sama sekali nggak ngerti maksud mama

“maksud mama kita semua pergi ,aku nggak ngerti?”

“iya kita pergi untuk meninggalkan apa yang harusnya kita tinggalkan” aku benar-benar tidak ngerti maksud mama. Kita semua pergi meninggalkan apa yang harus kita tinggalkan?. Mama memang membuat aku mikir berkali-kali “lupakan saja.” Hah tiba-tiba mama nyuruh aku lupain “Freak”.

Mama segera keluar dari kamar ku tanpa meninggalkan satu katapun selain yang  tadi. Perkataan tadi masih memutar-mutar di otakku aaarghh sudah lupakan saja. “Lynn” aku mengambil sebuah komik kesukaan ku “Lynn” aku mendengar samar-samar seseorang memanggilku dari lantai bawah “Lynn steer peater” suara itu makin keras dan makin jelas, aku menuruni satu demi satu anak tangga, sudah kuduga pasti Eliza yang memanggilku “kebiasaan deh kamu manggil kakaknya nggak pake embel-embel kakak” Eliza hanya terdiam dengan wajah kesalnya “siapa suruh di panggil nggak nyahut-nyahut. Ngabisin suara aku aja tau!” anak ini emang sedikit alay Cuma manggil nama kakaknya aja bisa ngabisin suara nya. “ Kamu tuh alay tau ngga sih”

Eliza memang sedikit songong dan ceroboh, dia juga suka buat aku kesal. Sudah berapa kali di tegur sama mama atau sama papa tetep aja nggak berubah sampai-sampai suatu saat saking aku kesalnya aku bilng “seumur-umur aku baru pertama kali punya adek songong kayak dia”.  Dan tadi dia manggil aku itu Pasti bukan karena ada urusan  tapi Cuma iseng-iseng aja. “Kenapa kamu manggil aku?” aku sudah tahu pasti apa jawabannya “Cuma iseng” aku mengikuti omongannya seolah mengejek nya. Rasanya ingin sekali mendorong nya ke sungai, tapi bagaimanapun ingat dia tetap adik tercintaku.

Makin siang rasanya makin bosan, hanya diam dan sesekali main Hp, main Laptop terus tidur, baca komik, udah baca semua. Tiba-tiba ada ada yang mengetuk pintu kamarku Tok…tok..tok “masuk” tok…tok…tok “masuk aja” dia hanya diam tanpa suara, segera aku melihat jam dinding ternyata masih jam 13.00 masa ada hantu jam segini, tok…tok…tok dia kembali mengetuk pintu “aku bilang masuk aja” teriakku kesal, dengan kesal aku buka pintu ternyata nggak ada siapa-siapa. Aku paling takut sama yang namanya hantu, apalagi yang kayak gini aduuh jadi kayak film hantu aja. Aku langsung tutup pintu kamarku dengan keras Gubrrraaak…

Aku segera mengambil bantal dan menutupi badan ku dengan selimut merah muda. suara ganggang pintu terdengar “Jangan masuuuk!” teriakku, seseorang menarik selimutku dengan kencang, aku berusaha menahannya tapi tak bisa “Lynn… aku ingin nyawamu” dengan suara di seram-seramkan “kok kayak suara Eliza ya?” dia langsung mengintip di balik selimut itu, ia melihat wajah dengan penuh coretan lipstik di bawah mata seolah ia sedang menangis darah dan bedak tebal memenuhi wajahnya dengan celak tebal di bawah matanya.

“Elizaaa.. kamu jail banget sih” bentakku. “I’m boring you know?” dengan gaya muka nyebelin. “NO!” teriakku kesal.

“Lynn, Eliza nggak usah berantem” mama menghampiri kami berdua di kamar yang penuh dengan warna pink “Eliza nya duluan ma” aku langsung gerak cepat, agar aku tidak disalahin

“astaghfirullah Eliza, apa-apaan itu wajah kok di coret-coret, ini lipstik mama kan?” tanya mama sambil mngerutkan alisnya

Bersambung…

[Daffa Azzahra, santriwati Pesantren Media, kelas 2, angkatan ke-2]

By Chairunisa Bayu Parameswari

Chairunisa Bayu Parameswari | Santriwati Pesantren MEDIA, angkatan ke-2, kelas 3 SMA.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *