Loading

Dari dulu sampai sekarang. Aku sangat suka menonton film. Terutama film animasi buatan barat. Tidak hanya menonton, Aku juga mencermati maknanya. Dulu saat Aku masih SD. Aku belum mengerti bahwa paham hedonis dan permisif adalah paham yang tidak benar. Melewati film-film animasi yang Aku tonton. Aku menjadi terhipnotis bahwa Aku harus seperti itu. Yang akhirnya Aku melakukan hal yang tidak sewajarnya remaja muslim lakukan.

Seperti membentak ibu demi kebebasan. Tidak boleh ini dan itu aku membentak ibuku. Aku berkata pada diriku, “Dia aja begini, masa aku gak begitu!” Saat itu aku merasa seperti anak drakula yang tidak boleh bebas selama 118 tahun. Di penjara oleh kedua orang tuaku.

Aku berupaya untuk bisa bebas seperti temanku. Tetapi selalu gagal. Salah satu upaya gagal terbesarku. Adalah saat mencoba untuk mendapat pacar. Aku ingat hari itu. Hari Rabu, bagiku adalah hari yang akan menarik jiwaku. Harga diriku. Hari itu aku gagal dan semua murid di Sekolah itu tahu.

Akhirnya aku berpikir bahwa semua ini tidak ada gunanya. Apa yang aku upayakan ini salah. Tapi apa benar semua ini salah? Tetapi, mereka melakukan ini. Bahkan mereka membuat semua pesan kebebasan ini di film kartun anak kecil.

Setelah tragedi itu. Aku berpikir bahwa aku harus tahu semua jawaban dari pertanyaanku ini. Aku ingin menjauh dari temanku. Aku ingin masuk pondok seperti kakakku. Tetapi pondok itu tidak cocok denganku. Karena dari kecil aku sangat suka komputer. Tetapi Boardng School yang memakai media itu sangat mahal biayanya. Bisa mencapai jutaan. Bahkan puluhan juta.

Akhirnya ibuku memberiku saran untuk masuk Pesantren Media. “Huh? Pesantren Media? Mana ada pesantren yang pakai media?” Aku terheran. Akhirnya aku lihat-lihat di internet tentang Pesantren Media. Dan aku lihat, Pesantren Media adalah pesantren yang hebat. “Menjadi Da’i Bidang Media.” Aku lihat santri disana membuktikan mereka bahwa di masa depan mereka ingin mewujudkan slogan itu. Itu terbukti dari karya mereka yang membuatku tercengang.

“Apa itu Liberal? Apa itu “Opurtunis”? Apa itu “Illuminati”?” Aku bertanya-tanya soal itu. Aku ingin tahu lebih banyak. Aku ingin seperti mereka yang mengerti banyak hal. Yang membuat ustad dan ustadzah mereka bangga. Aku ingin masuk Pesantren Media. Dan mewujudkan slogan itu.

Saat mendaftar aku melihat pertanyaan yang ada di dalam formulir pendaftaran itu. Menurutku peraturan disana cukup sadis. Dari situ aku mengerti mengapa orang tuaku melakukan hal-hal seperti ini.

Setelah aku masuk Pesantren Media. Aku mengerti banyak hal. Bahkan lebih dari yang aku ingin tahu. Sekarang aku mengerti. Bahwa paham yang aku anut dulu adalah paham yang salah. Sekarang aku tahu mengapa orang-orang yang diluar sana. Memberikan pesan kebebasan ini kepada anak kecil. Tidak hanya alasannya. Aku atau kami juga tahu solusinya.

Solusinya adalah mewujudkan slogan itu. Slogan orang besar. Slogan yang dipandang hina. Tapi akan mengubah dunia. Yang akan membuat mereka para liberal terlaknat menjadi hina. Inilah tujuan kami. “Menjadi Da’i Bidang Media.”

(Ihsan Abdul Karim, Santri Angkatan 3 Pesantren Media)

By Ihsan Abdul Karim

Nama saya Ihsan Abdul Karim. Saya lahir pada tanggal 27 Juni 2001. Saya nyantri di Pesantren Media sebagai santri Angkatan 3. Saya tinggal di Citayam, Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *