Loading

Typing[dropcap style=”white-dropcap red” rounded=”nonestyle”]M[/dropcap]enulis itu keterampilan, makin sering dilatih (biasanya) makin mahir. Begitu pula dengan menyetir mobil, adalah keterampilan. Jika sering berlatih, maka (biasanya) juga makin mahir. Pokoknya, semua hal yang ada prakteknya (tak sekadar teori) bisa diaplikasikan langsung. Kemahirannya berbanding lurus dengan seringnya berlatih dan berimprovisasi selama latihan.

Jangan takut gagal saat berlatih menulis. Gagal itu biasa. Namanya juga sedang belajar. Bunyi salah satu iklan pembersih pakaian: “nggak ada noda ya nggak belajar”. Jadi tak perlu khawatir salah atau gagal. Itu hal yang bisa menimpa semua orang. Jangankan bagi yang baru belajar, mereka yang sudah mahir pun adakalanya gagal dan salah perhitungan. Lihatlah Valentino Rossi dan Dani Pedrosa, pernah terlempar dari arena balapan saat kuda besi yang ditungganginya tergelincir di licinnya aspal sirkuit.  Siapa bilang pemain sepakbola berpengalaman akan selalu sukses mengeksekusi tendangan penalti. Roberto Baggio adalah salah satu contohnya. Ia pernah gagal mengeksekusi penalti terakhir di final Piala Dunia, sehingga Gli Azzurri Italia menangis sambil menatap cemburu kepada Brasil yang jadi Juara di Piala Dunia 1994 itu.

Bayang-bayang kegagalan bukan hanya milik mereka yang sedang berlatih atau belajar, tetapi juga menghantui mereka yang sudah mahir atau terampil. Itu sebabnya, tak perlu ciut nyali jika masih selalu gagal saat belajar menulis atau belajar menyetir mobil. Teruslah berlatih dan belajar dari kegagalan agar tak terulang pada latihan berikutnya. Jangan pernah menyerah, hingga benar-benar tak ada lagi yang mampu untuk diupayakan.

Belajar menulis dan belajar setir mobil itu ada kesamaannya, yakni sama-sama belajar keterampilan. Hanya saja nanti berbeda dalam perlakuan setelah bisa atau mahir. Apakah itu? Menulis, meski sudah mahir sekalipun tak perlu lisensi khusus sebagaimana menyetir mobil atau sepeda motor yang dikeluarkan instansi tertentu (setidaknya sampai saat ini) . Kualitas tulisan seseorang akan dilihat pada tulisannya, bukan sertifikat atau lisensi yang didapatkannya. Hal ini berbeda dengan menyetir mobil, seseorang yang sudah memiliki SIM (Surat Izin Mengemudi) alias driving licence, dianggap sudah bisa mengendarai kendaraan. Padahal, belum tentu.

Omong-omong, mengapa judulnya seperti ini? Ini ada kaitannya dengan saya selama belajar menyetir mobil dilatih seorang murid saya. Nah uniknya, murid saya itu belajar menulis dengan saya. Semoga tulisan ini menjadi inspirasi bagi murid saya yang sudah mengajari saya menyetir mobil, karena akhirnya saya bisa juga mengendarai kendaraan tersebut. Ini artinya pula, saya ingin memotivasi murid saya bahwa dengan serius dan terus belajar menulis, in sya Allah akan bisa juga menulis setelah menempuh kurun waktu tertentu. Setuju?

Ayo menulis! Teruslah berlatih dan belajar menulis agar tulisan kian bagus kualitasnya dan tersampaikan pesannya. Yuk, perkaya wawasan dengan banyak membaca dan berinteraksi dengan orang lain. Jangan mudah menyerah dan tetap semangat berlatih menulis!

Salam,
O. Solihin

*gambar dari sini

By osolihin

O. Solihin adalah Guru Mapel Menulis Dasar, Pengenalan Blog dan Website, Penulisan Skenario, serta Problem Anak Muda di Pesantren Media | Menulis beberapa buku remaja | Narasumber Program Voice of Islam | Blog pribadi: www.osolihin.net | Twitter: @osolihin | Instagram: @osolihin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *