Loading

Aku sekolah di Pesantren Media, di sini bisa dibilang kalau ngomong makanan itu cukuplah, sesuai uang bayaran boarding dan SPP yang ada di Pesantren. Biasanya di sini makannya itu setiap hari Senin dan Kamis selalu ada ayam. Terus kalau hari-hari biasanya seperti biasalah sayur, tempe, ikan tongkol, tahu, telor, dan lainnya.

Saya di sini soal makanan, kadang dapat makan atau juga sering kehabisan kalau telat ngambilnya. Jadi di sini itu makanan yang udah disediakan ngambilnya sendiri-sendiri, tidak diambilkan. Misalkan porsinya segini saja, tapi nggak. Di sini itu bisa nambah jika masih ada sisa, yah kalau memang sudah abis ngapain nambah. Jadi di sini itu meskipun ngambil makannya sendiri-sendiri itu kayak ada rasa kepedulian sama temen, misalkan: siapa sih yang belum makan? Sedangkan nasi/lauknya sisa segitu. Jadi kita tuh mikir sama yang laen juga. Yah kalau kehabisan itu sih mungkin salah sendiri, kenapa nggak ngambil makannya itu pas waktunya (sesuai jadwal). Jadi kan orang mikir, kirain makanan yang didapur tuh udah sisaannya, terus diambil. Wkwkwk…

Yah, kalau biasa kehabisan makanan tuh, santri di sini itu beli makanan sendiri, biasanya beli nasi uduk kalau pagi, terus kalau siang ada yang beli mie gaul, ada juga yang nasi Padang (nasi saja, bumbunya dibanyakin) plus ayam chiken, ini sih normalah harganya, kalau di RM Padang nasinya saja 6rb, terus chiken 7rb total 13rb. Biasanya tuh pete-pete berdua jadi 10rb. Kalau dibilang sih ini cuman pete-pete nasinya saja 3rb 3rb, terus lauknya beli sendiri. Hehehe… (oya, di sini kalo izin keluar pondok buat beli makanan boleh, kok. Itu bedanya ama pesantren lain).

Wajar sih namanya juga santri, kalau makanannya nggak bikin mood/nggak cocok, beli lauk di luar/cari makannya di luar. Memang pesantren menyediakan lauk seperti biasanya/sudah khaslah. Kalau memang mau makan yang enak bukan di pesantren, tapi di restoran saja. Yah, memang begitu kehidupan santri di pesantren, apa adanya, bukan ada apanya. Hehehe…

Oya, makanan di pesantrenku ini cukup enakloh masakannya, kadang sering kebanyakan enaknya dibandingkan dengan yang nggak enaknya (bukannya merendahkan makanan yah), memang sih setiap individu punya selera masing-masing. Yah, kalau memang doyan lauk itu pasti mood banget makannya, misalkan nih makan ayam goreng, pasti semuanya bakalan makan, nggak mungkin nggak. Coba kalau nggak doyan? Pasti yang makan hanya sebagiannya saja. Biasanya ada yang alergi makan ikan, telor mata sapi, dll.

Saya sangat bersyukur di sini, masih bisa makan. Coba kita tengok saudara-saudara kita yang di pengungsian atau di tempat lain yang kekeringan wilayahnya, susah makan, bahkan ada yang tidak makan sama sekali, sampai mati karena kelaparan. Intinya sih kita harus bersyukur, meskipun makanannya kayak apapun juga, kita harus makan. Jangan sampai kita mencela makanan, karena itu tidak boleh dalam Islam. Dalam makan pun itu harus ada adabnya.

Jadi, sekali lagi saya ingatkan, terutama untuk diri saya sendiri dan untuk teman-teman juga, intinya sih kita harus bersyukur, bersyukur, dan bersyukur. Entah itu mau di rumah sendiri ataupun di tempat lain, yang bukan tempat kita. Dan, kita harus memiliki adab juga. Udah sih, mungkin itu saja. [Abid Akromul Afaf, kelas 2 SMA]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *