Loading

Berkah ini sering kita jadikan tujuan hidup di samping mencari ridho Allah. Keberkahan membuat hidup kita menjadi bahagia. Di pesantren, kita diajarkan yang penting mencari berkah, bukan sekadar kepintarannya. Kalau sekadar pintar saja tetapi tidak berkah maka ilmu tersebut bisa menjadi malapetaka.

Misalnya, setelah menjadi seorang anggota DPR harus masuk penjara. Ini menunjukkan sesuatu yang tampaknya enak, berupa jabatan tinggi yang dihormati banyak orang, ternyata malah membawa bencana. Orang sakit juga bisa mendapat keberkahan karena dengan beristirahat, maka ia memiliki kesempatan untuk mengevaluasi dirinya, momen yang tak diperoleh lantaran kesibukan dirinya.

Bertambahnya sesuatu juga belum tentu membawa kebaikan jika tidak mendekatkan diri kepada Allah. Orang yang tambah umurnya belum tentu lebih berkah, orang yang tampak rezekinya juga belum tentu tambah berkah. Demikian pula, orang yang tambah ilmu juga belum tentu mendapatkan berkah jika ilmu tersebut hanya menjadi kebanggaan diri, bukan untuk diajarkan kepada orang lain atau untuk menambah keimanan kepada Allah.

Jadi ilmu tambah bukan berarti semakin dekat dengan Allah. Ini adalah cerminan dari ilmu yang tidak berkah. Berkah itu maknanya kebahagiaan. Orang berbahagia itu sering diukur hanya dari ukuran fisiknya. Benarkah demikian? Dalam pandangan agama, tanda-tanda kebahagiaan tidak selalu yang tampak secara dhahir menarik tidak menjamin rasa bahagia.. Karena dengan tampilan  sejumlah orang bisa saja seolah bahagia, tapi batin mereka menderita.

Misalnya, apa iya kalau punya istri cantik terus berbahagia. Mungkin iya, tetapi mungkin saja tambah pusing. Belum tentu mendapat kebahagiaan. Betapa banyak pasangan cantik rupawan yang justru berakhir pada perceraian. Bahkan rata-rata penggugat dating dari perempuan. Ini bukti bahwa mereka tidak bahagia.

Standar untuk menilai kebahagiaan keluarga tidak dilihat dari harta apa yang dimiliki, tetapi apakah suami istri tersebut memiliki akhlak yang baik. Jika mereka memiliki akhlak yang mulia, insyaallah mereka akan berbahagia.

Keberkahan bisa kita raih dengan senantiasa mendekatkan diri kita kepada Allah subhanahu wata’ala seraya terus menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji, seperti syukur, qana’ah, gemar bersedekah, berbakti kepada kedua orang tua, dan lain-lain.

[M.R. AL-HILALIY KELAS 1 SMP]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *